Kamis, 17 Oktober 2019

Mengenal 5 Pemakaman Adat di Indonesia

Sumber foto : kebudayaan.kemendikbud.go.id 

Orang yang hidup nantinya akan kembali ke bumi. Setiap daerah memiliki cara yang berbeda untuk mengebumikan jenazah. 

Pekan Kebudayaan Nasional 2019 menggelar acara bertema adat dan kebudayaan, salah satunya pameran mumi dan pemakanan di Indonesia. 

Berikut adalah 5 pemakaman yang dipamerkan

1. TRUYAN 

 Sumber foto : idntimes.com

 Sumber foto : daftarbudayaweb.id
 
Trunyan adalah nama sebuah desa di daerah kintamani, Bali. Masyarakat desa tersebut memiliki ritual khusus untuk orang yang sudah meninggal dunia, yaitu dengan cara diletakkan di permukaan tanah sampai membusuk dan terurai.

Bagian wajah dari jenazah dibiarkan terlihat, sedangkan bagian tubuh ditutupi oleh kain. Setelah itu, jenazah ditutupi ancak saji (anyaman bambu berbentuk prisma). Anjak saji berfungsi untuk melindungi jenazah dari binatang liar.

Walaupun dibiarkan di tanah, tidak ada bau busuk di daerah pemakan. Hal tersebut karena ada bau wangi yang dihasilkan oleh pohon-pohon taru menyan.

2. KAMBIRA

Sumber foto : nationalgeographic.com
 Desa kambira terletak di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Di desa ini ada tradisi passiliran. Tradisi ini merupakan pemakaman untuk bayi yang belum memiliki gigi. 

Bayi yang sudah meninggal akan dimakamkan dalam pohon. Caranya, mula-mula pohon dilubangi sekitar 50 cm x 50 cm. Selanjutnya, jenazah akan dimasukkan ke dalamnya tanpa kain pembungkus, layaknya bayi dalam kandungan. Setelah itu lubang akan ditutup dengan ijuk sebahagai tanda akhir prosesi pemakaman. 

Jenis pohon yang digunakan adalah pohon taraa karena memiliki getah yang banyak. Bagi orang Toraja, getah putih dari pohon taraa ibarat air susu ibu untuk sumber makanan dan minum untuk sang bayi

3.MAKAM TANA TORAJA

Jika sebelumnya menjelaskan adat Toraja mengenai pemakaman untuk bayi yang belum tumbuh gigi. Kini ada adat pemakaman lainnya, yaitu upacara pemakaman Rambu Solo.

Ada beberapa prosesi dalam upacara adat ini. Pertama, prosesi menunggu. Arwah yang meninggal disimpan, arwah yang meninggal dipercaya tetap tinggal di desa. 

Prosesi kedua yaitu penyembelihan kerbau. Orang Toraja yakin kerwa adalah hewan suci yang akan mengantarkan arwah orang yang sudah meninggal ke puya, tempat keabadian para leluhur di sebuah tempat peristirahatan.

Prosesi terakhir adalah pemakaman. Ada tiga cara pemakaman. Jenazah yang sudah dibungkus peti mati bisa ditempatkan di dalam gua, dimakamkan dengan cara di kubur batu, atau disemayamkan di tebing. 

4. WARUGA


Waruga merupakan tempat pemakaman masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara. Pemakaman ini berupa batu-batu besar menyerupai rumah. 

Waruga berasal dari dua kata “waru”yang berarti rumah dan “ruga” yang berarti badan. Jadi, waruga diartikan “rumah tempat badan yang kembali ke surga”.

Saat dimasukkan ke dalam warugaa, jenazah dalam keadaan meringkuk, seperti bayi yang berada dalam rahi. Hal tersebut bermakna, manusia mengawali kehidupan dengan posisi bayi dalam rahim, maka manusia mengakhiri kehidupannya mula dengan posisi yang sama.

5. SARKOFAGUS BATAK


Teadisi Megalitik berupa Sarkofagus atau makam batu dapat dijumpai di kawasan Pulau Samosir, Sumatera Utara. 

Sarkofagus diyakini sebagai tempat asal usul suku Batak. Sarkofagus Batak kebanyakan beripa kubur komunal sebagai tempat menyemayamkan jenazah dari satu marga. 

Sarkofagus di Samosir berbentuk balok dengan bagian atas melebar. Atasnya ditutupi seperti atap dan depannya terdapat pahatan kepala manusia dengan raut menyeramkan. 

Bentuk seperti itu memiliki arti. Balok dengan bagian atas melebar dapat di lihat seperti perahu. Bentuk tersebut melambangkan sarana bagi orang yang sudah meninggal untuk menuju dunia arwah. Lambang patung dengan wajah menakutkan digunakan sebagai penolak bala agar arwah bisa lancar menuju dunia arwah.

Selain itu, terdapat pahatan yang dianggap dekat dengan si mati. Hal tersebut menjadi ciri khas Sarkofahus Batak.

Sarkofagus Batak pun menjadi penanda hubungan antara yang mati dan masih hidup. Hubungan itu guna mendatangkankesejahteraan, kesehatan, dan kesuburan  lahan tani di tanah Batak.

1 komentar: